Mengenal Risiko Investasi
Dalam berinvestasi, selain return kita juga harus memperhatikan risiko yang harus kita ambil untuk mendapatkan return tersebut. Jika dua aset berpotensi memberikan return yang sama namun dengan tingkat fluktuasi yang berbeda, tentu kita akan memilih aset dengan tingkat fluktuasi yang lebih rendah. Trade off antara return dengan volatilitasnya dapat dilihat di sini.
Perbandingan antara return dengan volatilitasnya hanyalah satu dari beberapa parameter yang dapat digunakan untuk mengukur risk to reward ratio. Nama yang lebih populer untuk ratio ini adalah risk-ajusted return, return setelah dinormalisasi dengan risiko. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai risk-adjusted return ini, ada baiknya kita mengenal apa itu risiko.
Risiko adalah hal-hal yang dapat menyebabkan ketidakstabilan return investasi kita. Risiko itu dapat berupa unsystematic risk, yaitu risiko individual yang terkandung dalam suatu aset. Risiko dapat juga berupa systematic risk, yaitu risiko yang diakibatkan oleh market secara keseluruhan, misalnya suku bunga, inflasi, atau harga minyak. Unsystematic risk tidak terkait dengan risiko secara keseluruhan. Misalnya kurangnya kemampuan manajemen dalam suatu perusahaan. Risiko ini akan bersifat spesifik pada suatu perusahaan, demikian pula pengaruhnya terhadap harga sahamnya.
Sebagai investor, unsystematic risk dapat kita hindari dengan melakukan diversifikasi. Dengan diversifikasi, kita bisa meminimalisasikan risiko yang muncul dari suatu aset tertentu. Hal ini lah yang menyebabkan ETF semakin berkembang pesat di US. Sebaliknya, systematic risk lebih susah untuk dihindari karena berkaitan dengan kondisi market secara keseluruhan, seperti yang kita alami saat ini.
Mengukur Risiko Investasi
1. Standar deviasi --> Standar deviasi, bersama-sama dengan variance merupakan potensi penyimpangan dari return rata-rata suatu aset. Standar deviasi ini merupakan representasi dari unsystematic risk. Oleh karena itu, portfolio yang terdiversifikasi dengan baik akan memiliki standar deviasi yang rendah.
2. Beta --> Beta merupakan sensitivitas pergerakan suatu aset terhadap pergerakan market secara keseluruhan. Contoh: Jika Beta = 1, maka jika market naik 1%, maka aset juga akan naik sebesar 1%. Begitu pula jika market turun 1%. Aset tersebut juga akan turun sebesar 1%. Semakin besar beta, maka fluktuasi harga suatu aset akan semakin besar. Beta merepresentasikan systematic risk. Semakin besar beta, maka risiko suatu aset semakin besar.
Mengukur Risk to Reward
Berdasarkan pembahasan di atas, kita telah mengenal dua macam risiko investasi, yaitu systematic risk (beta) dan unsystematic risk (standar deviasi). Risk to reward ratio merupakan ratio yang didapatkan dengan membandingkan return dengan kedua jenis risiko tersebut.
Ada 2 macam risk to reward ratio yang terkenal:
1. Sharpe Ratio --> Sharpe Ratio membandingkan selisih antara return aset dan risk free rate dengan standar deviasi dari aset tersebut. Dengan kata lain:
Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin besar Sharpe ratio adalah semakin baik.
2. Treynor Measure --> Membandingkan selisih antara return suatu aset dan risk free rate dengan systematic risknya(beta). Dengan kata lain:
Sama seperti sharpe ratio, semakin besar Treynor Measure, maka semakin baik.
Karena bersifat relatif, baik Sharpe Ratio ataupun Treynor Measure nilainya akan berarti jika dibandingkan dengan nilai Sharpe Ratio ataupun Treynor Measure dari aset yang lain.
Apa kelebihan dari Sharpe Ratio dan Treynor Measure?
- Dapat digunakan untuk membandingkan kinerja satu aset dengan aset yang lain
- Relatif mudah untuk dihitung
Apa kelemahan dari Sharpe Ratio dan Treynor Measure?
Kita tidak bisa mengetahui apakah nilai kedua rasio tersebut tinggi karena return yang besar atau risiko yang rendah.
Mengenal Risk and Reward
Labels:
Memilih Reksa Dana
Subscribe to:
Comment Feed (RSS)
|