Reksa Dana Saham di Tengah Badai

Tidak terasa sudah hampir setahun sejak krisis subprime mortgage dan harga minyak pertama kali melanda dunia. Krisis subprime mortgage ini memang dimulai di US, namun imbasnya terasa di bursa saham seluruh dunia, termasuk BEI. Yang lebih membuat keadaan menjadi lebih runyam, ketika krisis subprime mortgage mulai mereda, harga minyak kembali meroket dan dengan segera memicu inflasi. Saat ini harga crude oil tertinggi tercatat adalah USD 142 per barrel. Perlahan tetapi pasti, harga minyak terus-menerus menemukan titik tertinggi yang baru. Kenaikan harga minyak ini kemudian diperburuk dengan kenaikan harga komoditas lainnya.

Sebagai seorang investor reksa dana, tentu kita tidak luput dari kecemasan terhadap kondisi perekonomian dunia saat ini. Tidak dapat dipungkiri, US sedang dalam masa resesi. Inflasi mulai menghantui perekonomian negara adidaya tersebut. Indonesia pun tidak luput dari ancaman inflasi tinggi. Target inflasi 2008 sebesar 6% semakin jauh dari kenyataan. Saat ini kita sedang menghadapi ancaman tingkat inflasi dua digit. Ketidakpastian kondisi ekonomi global ini membuat BEI juga terguncang naik turun. Dalam pengamatan saya, dari bulan Agustus 2007 sampai dengan saat ini, terdapat paling tidak 3 gelombang naik turun yang besar. Sebagai investor reksa dana saham, kondisi tersebut tentu saja kurang menguntungkan. Mari kita perhatikan grafik perkembangan IHSG pada kurun waktu tersebut.



Terlihat bahwa terdapat 3 periode bearish dan ada 3 periode bullish. Titik-titik yang saya sebutkan adalah titik ekstrim tertinggi dan terendah, bukan harga penutupan.

Periode bearish:
I --> 26 Jul 07 - 18 Aug 07 (dari 2405.96 turun menjadi 1863.96)
II --> 14 Jan 08 - 22 Jan 08 (dari 2838.48 turun menjadi 2231.48)
III --> 26 Feb 08 - 10 Apr 08 (dari 2773.43 turun menjadi 2254.07)

Periode bullish:
I --> 18 Aug 08 - 14 Jan 08 (dari 1863.96 naik menjadi 2838.48)
II --> 22 jan 08 - 26 Feb 08 (dari 2231.48 naik menjadi 2773.43)
III --> 10 Apr 08 - 23 May 08 (dari 2254.07 naik menjadi 2516.26)


Sebagai informasi, saat ini IHSG sedang dalam periode bearish IV. Pada tanggal 27 Juni 2008, IHSG ditutup di 2341.36.

Walaupun IHSG selama 1 tahun belakangan ini sangat fluktuatif, ada pelajaran yang dapat kita petik. Pada kondisi pasar dalam badai seperti inilah kita akan dapat melihat reksa dana mana yang dapat melaluinya dengan baik. Analisa saya batasi untuk reksa dana saham saja karena kinerja reksa dana sahamlah yang sangat terkait dengan pergerakan IHSG.

Mari kita coba analisa periode-periode tersebut satu persatu. Sebagai informasi, Bear Score dan Bull Score menunjukkan berapa return maksimum kita jika masuk dengan timing yang sangat tepat.


KINERJA RDS PADA PERIODE BEARISH I, II, dan III
Score RDS saat bearish dapat dilihat di tabel di bawah ini.



Bear score dihitung dengan cara : Bear Score = ((1+rbear1)*(1+rbear2)*(1+rbear3))-1
Bear score menghitung return kumulatif jika kita subscribe reksa dana saham di puncak IHSG dan kemudian melakukan redeem di titik terbawah IHSG pada ketiga periode bearish tersebut.

Terlihat bahwa reksa dana BIG Palapa menduduki peringkat tertinggi dengan Bear Score -35.69%. Artinya jika kita sial masuk saat IHSG sedang tinggi-tingginya dan keluar saat IHSG mencapai titik terendah berulang kali, kita 'hanya' mengalami loss -35.69%. Peringkat kinerja terbaik kedua pada periode bearish ini adalah reksa dana Panin Dana Maksima dengan bear score -36.39%, hanya berbeda sedikit dengan BIG Palapa. Peringkat selanjutnya diduduki oleh reksa dana Optima Saham dengan bear score -38.39%.

Pada periode bearish ini, kinerja terburuk ditunjukkan oleh reksa dana Grow 2 Prosper yang drop -57.01% jika kita berinvestasi dengan timing yang tidak tepat. Kinerja terburuk kedua ditunjukkan oleh reksa dana Trim Kapital dengan bear score -56.42%. Kinerja terburuk selanjutnya ditunjukkan oleh reksa dana Si Dana Saham Optimal dengan bear score -55.35%.


KINERJA RDS PADA PERIODE BULLISH I, II, dan III

Perhitungan Bull Score sama dengan Bear Score, yaitu return kumulatif dari 3 periode bullish.
Bull Score menghitung berapa return kita jika kita selama periode pengamatan masuk di titik terbawah IHSG dan keluar di titik tertinggi IHSG pada periode bullish tersebut.



Selama kurun waktu tersebut, kinerja terbaik ditunjukkan Mega Dana Saham dengan Bull Score 158.02%. Kinerja terbaik kedua ditunjukkan oleh reksa dana Euro Peregrine Equity dengan bull score 141.28%. Kinerja terbaik ketiga ditunjukkan oleh reksa dana Pratama Saham dengan bull score 135.67%

Kinerja terendah pada periode-periode bullish ditunjukkan oleh reksa dana Panin Dana Maksima dengan score 46.62%. Hal ini cukup mengejutkan mengingat Panin Dana Maksima menempati peringkat terbaik kedua untuk kinerja di masa bearish. Hal ini menjadi indikasi bahwa sensitivitas reksa dana ini terhadap pergerakan IHSG cukup rendah. Kinerja terendah kedua ditunjukkan oleh reksa dana Lautandhana Equity dengan bull score 50.94% sedangkan kinerja terbaik ketiga ditunjukkan oleh reksa dana BIG Palapa dengan bull score 52.33%. Kejadian yang terjadi pada Panin Dana Maksima terulang pada BIG Palapa. Hal ini semakin menguatkan dugaaan bahwa kedua reksa dana tersebut tidak terlalu sensitif terhadap pergerakan IHSG.


KINERJA RDS SELAMA KESELURUHAN PERIODE PENGAMATAN
Pada kondisi yang fluktuatif seperti saat ini, masih ada investor long term yang menerapkan strategi ‘buy n hold’. Apapun yang terjadi, investor jenis ini akan tetap bertahan (termasuk saya mungkin  ). Jika kita menerapkan strategi ‘buy and hold’ dari tanggal 26 Jul 07 sampai dengan 23 May 08, maka kinerja RDS kita adalah sebagai berikut:



Kinerja buy and hold ditunjukkan oleh survival score.

Terlihat bahwa Euro Peregrine Equity menduduki peringkat tertinggi dengan return 37.07% dan diikuti oleh Syailendra Equity Opportunity Fund dengan return 25.10%. Kinerja terbaik ketiga ditunjukkan oleh reksa dana GMT Dana Ekuitas dengan return 20.37%.

Kinerja buy n hold terburuk ditunjukkan oleh Lautandhana Equity dengan return -29.27% yang diikuti oleh reksa dana Paramitra Premium dengan return -28.18%. Kinerja terburuk selanjutnya ditunjukkan oleh reksa dana BNI Reksadana Berkembang dengan return -19.43%.

Sekian analisa singkat kinerja reksa dana saham selama krisis ini. Dengan adanya pemisahan periode-periode bullish dan bearish, kita dapat melihat bagaimana kemampuan stock picking dan market timing para MI reksa dana saham pada kondisi yang terbaik maupun terburuk.

Semoga kita semua selamat :)

Disclaimer:
Analisa ini merupakan analisa pribadi dan bukan anjuran untuk membeli atau menjual suatu reksa dana tertentu.