Salah satu strategi yang populer dalam berinvestasi di reksa dana adalah Dollar Cost Averaging (DCA). Konsep dari strategi ini adalah melakukan investasi yang rutin dalam jumlah yang sama tanpa memperdulikan berapa NAB saat itu. Tujuan dari strategi ini adalah untuk mengurangi risiko yang muncul jika kita berinvestasi secara lump-sum.
Dengan DCA, kita bisa terhindar dari kerugian yang lebih besar saat market turun setelah kita melakukan investasi.
Tentu saja ada beberapa hal yang harus kita korbankan jika kita menerapkan strategi ini:
Walaupun memiliki beberapa kekurangan, DCA menjadi strategi yang populer karena memiliki keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
Strategi DCA ini akan lebih efektif jika market sangat fluktuatif. Saat market bullish, maka kinerja DCA akan tertinggal jauh dari metode lump-sum. Saat market bearish, DCA akan bekerja lebih baik daripada metode lump-sum. Pada saat market bearish, ada baiknya DCA digabungkan dengan metode 'buy on weakness' agar lebih optimal.
Jika kita menerapkan strategi DCA, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan. Yang pertama adalah horison investasi kita. Kita sebaiknya menetapkan seberapa jauh horison investasi kita agar dapat menetapkan berapa jumlah yang akan kita investasikan secara rutin. Penentuan horison investasi ini juga berguna untuk mencapai tujuan investasi kita.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah seberapa rutin kita akan berinvestasi. Apakah bulanan, 6 bulanan, atau tahunan. Semakin lama jarak antar investasi, maka investasi kita akan semakin investasi lump-sum.
Untuk mengatasi kelemahan strategi DCA yaitu return yang lebih kecil daripada metode lump-sum, ada beberapa strategi yang dapat kita terapkan antara lain 'buy on weakness' dan market timing dengan moving average. Kedua strategi ini akan saya bahas pada bagian selanjutnya.
Strategi Dollar Cost Averaging (DCA)
Labels:
Strategi Investasi
Subscribe to:
Comment Feed (RSS)
|