Bukan kebetulan jika reksadana terproteksi muncul hampir berbarengan dengan goncangnya industri reksadana di Indonesia pada tahun 2005. Kepanikan investor yang menyebabkan penarikan dana besar-besaran dari reksadana pada saat itu memaksa para MI untuk menyediakan wahana investasi baru yang dapat menampung investor-investor tersebut. Jika alasan adanya reksadana terproteksi adalah ketakutan para investor, mengapa reksadana terproteksi masih menjadi salah satu reksadana yang populer?
Menyaksikan nilai investasi kita yang menurun drastis memang bagaikan sebuah mimpi buruk. Investasi yang kita rencanakan dapat memenuhi kebutuhan kita di masa depan malah membuat kita buntung. Boro-boro mendapatkan keuntungan, tidak rugi saja sudah lumayan. Reksadana terproteksi memang dirancang agar nilai pokok investasi kita tidak berkurang dan secara bersamaan juga menghasilkan keuntungan. Menarik bukan? Benar-benar cocok untuk merangkul investor yang sedang ketakutan.
Memang benar bahwa nilai pokok investasi kita terjaga. Namun pernahkah kita berpikir bahwa kita bisa mendapatkan hasil investasi yang lebih besar dengan tingkat keamanan (atau kenyamanan?) yang sama dengan reksadana terproteksi? Mari kita periksa bagaimana sebuah reksadana terproteksi dibentuk.
Salah satu contohnya adalah sebagai berikut. 80% dari dana investor yang terkumpul akan digunakan untuk membeli zero coupon bond yang jatuh temponya sama dengan waktu jatuh tempo reksadana terproteksi. Zero coupon bond adalah obligasi yang tidak memberikan bunga dan sebagai kompensasi dapat kita beli dengan harga diskon. Misalnya harga parnya 100, maka kita bisa membeli di harga 80. Sesuai dengan contoh kita, otomatis pada saat jatuh tempo penerbit obligasi akan mengembalikan pokok investasi kita di harga 100. Dengan mekanisme ini, maka nilai pokok investasi kita akan terjaga. Sisa 20% yang belum tersisa dapat digunakan untuk membeli instrumen investasi yang lebih berisiko, misalnya saham. Dengan skema seperti ini, MI berharap dana 20% tersebut dapat memberikan imbal hasil yang bagus sehingga kebutuhan investor akan keamanan investasinya dan imbal hasil yang memuaskan tercapai. Toh seandainya 20% dana yang dialokasikan pada instrumen investasi yang berisiko pada akhirnya merugi, paling tidak pokok investasinya aman. Tentu saja kondisinya tidak akan seideal itu. Pada prakteknya agak susah mencari zero coupon bond dengan karakteristik seperti contoh di atas. Bagaimanapun juga, daya tarik inilah yang menyebabkan para investor berlomba-lomba menaruh dananya pada reksadana terproteksi.
Pertanyaan saya, pernahkan Anda membandingkan return reksadana terproteksi dengan imbal hasil deposito? Menurut pengalaman saya return reksadana terproteksi kurang memuaskan. Hal ini merupakan suatu hal yang wajar karena hanya sebagian kecil dari total investasinya yang benar-benar digunakan untuk menghasilkan keuntungan. Selain itu, kita tidak dapat “mencairkan” investasi kita di sana sampai dengan jatuh tempo. Kembali ke deposito. Saat ini suku bunga deposito bisa mencapai 11-12 % per tahun. Umumnya waktu jatuh tempo deposito adalah 1 bulan. Bandingkan dengan locking period reksadana terproteksi yang bisa tahunan. Selain itu, tabungan kita di bank saat ini dijamin pemerintah sampai dengan 2 miliar rupiah. Suatu proteksi yang tidak bisa kita abaikan begitu saja. Walaupun banyak yang mengatakan bahwa deposito bukan investasi karena tidak bisa melawan inflasi, tidak dapat dipungkiri bahwa deposito saat ini merupakan instrumen yang cukup menarik di tengah situasi dunia finansial yang sangat fluktuatif. Bagaimanapun juga, ujung-ujungnya keputusan investasi ada di tangan investor sendiri.
Kondisi reksadana terproteksi yang terkesan hanya sekedar “pelarian” tentu perlu mendapat perhatian. Reksadana terproteksi harus dikembalikan pada “fitrahnya” sebagai wahana investasi murni yang dapat memberikan imbal hasil yang lebih menarik. Bisakah?
Baca selengkapnya ..
Serba-Serbi Sudut Pandang Investor terhadap Market
Chart di bawah adalah chart IHSG selama setahun terakhir ini. Sedikit menyeramkan memang. Akan tetapi jangan salah. Chart yang sama ini akan terbaca secara berbeda oleh investor yang memiliki style investasi yang berbeda-beda. Maksudnya? Mari kita teruskan membaca artikel ini.

1. DCA-ers
Di mata DCA-ers, tidak ada bedanya market sedang atau turun. Investor jenis ini secara berkala akan memasukkan dana dalam jumlah tertentu untuk berinvestasi. Investor jenis ini biasanya paling tidak stres menghadapi market yang bergejolak seperti yang terlihat dari chart IHSG di atas.
Kelebihan:
Kekurangan:
Saran:
2. One-Time Shooters
Investor penganut one-time shooters akan memasukkan dana investasinya satu kali sekaligus. Biasanya investor jenis ini secara sangat hati-hati mencari momen yang pas. Misalnya pada saat market sedang jatuh. Setelah berinvestasi, investor jenis ini biasanya tutup mata dan baru melihat hasil investasinya beberapa tahun ke depan.
Kelebihan:
Kekurangan:
Saran:
3. Market Timers a.k.a Traders
Biasanya investor jenis ini adalah tipe yang suka "berpetualang". Investor jenis ini bagaikan seorang surfer yang berusaha mengarungi ombak agar bisa maju. Risiko yang dihadapi memang besar namun potensi keuntungan yang bisa diharapkan juga besar.
Kelebihan:

1. DCA-ers
Di mata DCA-ers, tidak ada bedanya market sedang atau turun. Investor jenis ini secara berkala akan memasukkan dana dalam jumlah tertentu untuk berinvestasi. Investor jenis ini biasanya paling tidak stres menghadapi market yang bergejolak seperti yang terlihat dari chart IHSG di atas.
Kelebihan:
- Investor jenis memperkecil risiko masuk ke market pada saat yang tidak tepat. Market yang volatile bukanlah musuh baginya.
- Dapat mencicil investasinya sehingga tidak terasa terlalu berat.
Kekurangan:
- Jika market sedang "bagus-bagusnya" return investasinya tidak akan sekencang lari dari para one-time shooters. Biasanya pada kondisi market bullish, investor ini akan merasa ketinggalan kereta.
- Pada market yang cenderung turun berkepanjangan, ada kemungkinan investor ini akan merasa sedikit stres karena investasinya tidak juga menghasilkan untung.
Saran:
- Kunci kesuksesan investor jenis DCA-ers adalah disiplin, disiplin, dan disiplin. Tanpa kedisiplinan plan investasi akan semakin kacau.
- Tingkatkan pelan-pelan jumlah yang Anda investasikan secara berkala. Peningkatan ini bisa dilakukan setiap 2-3 tahun sekali.
2. One-Time Shooters
Investor penganut one-time shooters akan memasukkan dana investasinya satu kali sekaligus. Biasanya investor jenis ini secara sangat hati-hati mencari momen yang pas. Misalnya pada saat market sedang jatuh. Setelah berinvestasi, investor jenis ini biasanya tutup mata dan baru melihat hasil investasinya beberapa tahun ke depan.
Kelebihan:
- Jika menaruh dananya pada saat yang tepat, investor one-time shooters akan memperoleh keuntungan yang besar.
- Investor jenis ini cenderung diuntungkan pada saat market bullish, apalagi dalam jangka panjang.
Kekurangan:
- Kesalahan timing dalam memasukkan dana investasinya seringkali akan mengakibatkan investor ini terpaksa harus memperpanjang horison investasinya Big grin Sebagai contoh, mungkin saja investor jenis ini merasa bahwa level IHSG di 1900-an pada bulan Agustus 2007 sudah cukup murah dan memutuskan untuk masuk. Tentu saja investor tersebut harus lebih bersabar karena sampai saat ini, IHSG sedang berada di 1400-an.
- Market yang fluktuatif dan tidak begerak ke mana-mana cenderung kurang menguntungkan bagi investor ini.
- Market yang turun berkepanjangan merupakan momok bagi investor jenis ini. Kadangkala kondisi tersebut dapat menyebabkan frustasi.
Saran:
- Investor jenis ini harus memiliki horison investasi yang cukup panjang sehingga diharapkan investasinya akan membuahkan hasil. Saham cenderung naik untuk jangka panjang. Thanks to inflation :p
- Karena horison investasi yang panjang, disarankan jangan terlalu banyak melihat perkembangan investasinya karena pada kondisi market yang buruk hanya akan menyebabkan ingin redeem :)
3. Market Timers a.k.a Traders
Biasanya investor jenis ini adalah tipe yang suka "berpetualang". Investor jenis ini bagaikan seorang surfer yang berusaha mengarungi ombak agar bisa maju. Risiko yang dihadapi memang besar namun potensi keuntungan yang bisa diharapkan juga besar.
Kelebihan:
- Jika mampu masuk dan keluar di saat yang tepat, pola investasi ini dapat sangat menguntungkan. Sebagai contoh, pada chart IHSG di atas dapat dilihat bahwa market timers akan masuk atau keluar market sesuai dengan tanda panah hijau dan merah. Panah hijau menunjukkan waktu investor untuk masuk dan panah merah menunjukkan investor untuk keluar. Jangan ditanya dari mana saya mendapatkan panah hijau dan merah tersebut :)
- Jika cukup "tangkas", investor ini dapat terhindar dari kerugian besar akibat penurunan market yang berkepanjangan.
- Market yang fluktuatif adalah "sahabat" seorang market-timer. Semakin fluktuatif market, semakin besar potensi keuntungan yang dapat diraih.
- Biasanya investor jenis ini harus bekerja lebih keras dengan membekali dirinya agar memiliki kemampuan analisa teknikal yang mumpuni. Kalau belum, jangan coba-coba menjadi market timers. Biayanya bisa menjadi sangat mahal :)
- Jika terlalu sering keluar masuk market, biaya subscribe atau redeem akan semakin membesar.
- Banyak-banyaklah mempelajari analisa teknikal agar menjadi lebih "lincah" bergerak.
- Carilah RD yang fee subscribe dan redeemnya rendah.
Kekurangan:
Saran:
4. Investor Plin-Plan
Investor plin-plan biasanya tidak memiliki pola investasi tertentu. Dia akan keluar masuk market secara acak baik dalam timingnya maupun jumlah investasinya. Ciri lainnya adalah inkonsistensi dalam mengikuti strategi investasi. Terkadang ingin mencoba DCA, namun kemudian tergoda untuk menjadi market timer. Padahal kedua style tersebut sangat bertolak belakang. Ujung-ujungnya malah buntung. Bukannya saya ingin menyudutkan investor jenis ini. Namun biasanya investor jenis ini yang paling bingung pada kondisi market yang buruk karena tidak memiliki dasar untuk mengambil keputusan. DCA-ers bukan, one-time shooter bukan, dan market timer juga bukan.
Bagaimanapun juga, menjadi investor plin-plan juga sebuah pilihan. Mungkin jika sudah advanced bisa juga sesekali "ganti gaya". Tentu saja dengan tanpa melupakan segala konsekuensi dan risikonya. :)
Reksadana Today: Maju Kena, Mundur Kena
Kondisi keuangan Amerika Serikat yang memburuk mau tidak mau telah berimbas ke negara-negara lain. Pertumbuhan ekonomi beberapa negara di dunia mulai melambat karena krisis. Seperti yang telah diketahui, indikator pasar modal biasanya leading terhadap kondisi ekonomi riil. Dampak ekonomi baru mulai terasa akhir-akhir ini. Amerika Serikat sebagai negara dengan perekonomian terkuat yang goncang mengakibatkan negara-negara yang porsi ekspornya ke Amerika Serikat besar mengalami tekanan. Walaupun memang tidak dapat dikesampingkan adanya faktor psikologis yaitu ketakutan para investor.
Di dalam negeri sendiri, imbas dari krisis keuangan di Amerika Serikat mulai terasa. Harus diakui telah terjadi capital flight yang mengakibatkan turunnya harga sejumlah efek sekuritas. Institusi-institusi keuangan di U.S berusaha untuk melikuidasi aset-asetnya di negara lain, termasuk di Indonesia.

Kondisi keuangan Amerika Serikat yang memburuk mau tidak mau telah berimbas ke negara-negara lain. Pertumbuhan ekonomi beberapa negara di dunia mulai melambat karena krisis. Seperti yang telah diketahui, indikator pasar modal biasanya leading terhadap kondisi ekonomi riil. Dampak ekonomi baru mulai terasa akhir-akhir ini. Amerika Serikat sebagai negara dengan perekonomian terkuat yang goncang mengakibatkan negara-negara yang porsi ekspornya ke Amerika Serikat besar mengalami tekanan. Walaupun memang tidak dapat dikesampingkan adanya faktor psikologis yaitu ketakutan para investor.
Di dalam negeri sendiri, imbas dari krisis keuangan di Amerika Serikat mulai terasa. Harus diakui telah terjadi capital flight yang mengakibatkan turunnya harga sejumlah efek sekuritas. Institusi-institusi keuangan di U.S berusaha untuk melikuidasi aset-asetnya di negara lain, termasuk di Indonesia.
Industri reksadana Indonesia yang baru saja bangkit dari goncangan pada tahun 2005 kembali harus menghadapi ujian. Penurunan harga-harga saham di BEI berdampak langsung terhadap nilai portfolio reksadana saham dan campuran. Belum selesai mengambil napas, pasar obligasi juga mulai goyang. Harga efek obligasi mulai terkoreksi. Saat ini, sudah mulai banyak harga obligasi yang dijual di bawah harga par nya. Sebagai info, harga par obligasi adalah harga yang dipergunakan sebagai patokan pembayaran pokok obligasi saat jatuh tempo. Hal tersebut antara lain diakibatkan oleh kenaikan suku bunga BI. Selain itu, pada kondisi seperti ini, para investor cenderung menahan diri dalam membeli obligasi. Suatu hal yang wajar karena memang sumber masalah dari krisis saat ini adalah pasar kredit.
Reksadana terakhir yang terkena dampak krisis ini adalah reksadana pasar uang. Seperti yang telah ramai diberitakan beberapa minggu yang lalu. Beberapa reksadana pasar uang melakukan kebijakan untuk membekukan aktivitas subscription dan redemption. Kepanikan investor yang mendorong mereka untuk menarik dananya dari reksadana pasar uang telah memaksa para MI untuk menjual aset-aset dalam portfolio pada harga yang tidak bagus. Kebijakan metode valuasi portfolio pada reksadana pasar uang memang berbeda dengan reksadana jenis lain yang menerapkan metode marked to market. Reksadana pasar uang menerapkan metode amortisasi di mana harga suatu efek akan disusutkan mulai dari harga perolehan sampai dengan harga par pada saat jatuh tempo. Reksadana lain yang biasanya menerapkan metode ini adalah reksadana terproteksi. Secara logis, sebenarnya jika para investor tenang dan tidak panik, mereka tidak akan rugi. Efek yang dimiliki oleh suatu reksadana akan dibayar pokoknya oleh penerbit surat hutang pada saat jatuh tempo pada harga par dan para investor tidak akan mengalami kerugian. Aktivitas redemption yang berlebihan memaksa MI untuk menjual efek pada reksadana yang dimilikinya dengan harga yang murah padahal jika dipegang sampai jatuh tempo, dana investasi dapat dikembalikan secara utuh.
Menghadapi hal ini, Bapepam sebagai pemegang otoritas pasar modal menghadapi sebuah dilema. Jika metode valuasi marked to market terhadap aset reksadana dipertahankan, maka berpotensi membuat para investor panik. Jika metode valuasi diubah menjadi amortisasi, seakan-akan permasalahan yang sebenarnya ditutup-tutupi dengan menampilkan NAB yang terlihat ‘normal’. Tentu saja terdapat trade-off antara kestabilan psikologis para investor dengan keterbukaan terhadap kondisi riil. Saya sendiri saat ini sedang menunggu-nunggu metode valuasi apa yang akan diterapkan oleh Bapepam ke depannya.
Saat ini, ketangguhan kita sebagai investor sedang diuji. Apa langkah-langkah yang kita lakukan dalam menghadapi kondisi yang tidak menentu seperti ini? Sudahkan Anda mempersiapkan backup plan untuk menghadapi kondisi ini? Sebagai investor, apakah dari awal mula berinvestasi di reksadana, kita telah dengan jujur menjawab pertanyaan-pertanyaan pada form kuisioner? Apakah karena tergiur mengharapkan return yang tinggi kita membohongi diri sendiri dengan menjawab mampu untuk menghadapi risiko yang besar? Tentu saja hanya Anda yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Baca selengkapnya ..
Di dalam negeri sendiri, imbas dari krisis keuangan di Amerika Serikat mulai terasa. Harus diakui telah terjadi capital flight yang mengakibatkan turunnya harga sejumlah efek sekuritas. Institusi-institusi keuangan di U.S berusaha untuk melikuidasi aset-asetnya di negara lain, termasuk di Indonesia.

Kondisi keuangan Amerika Serikat yang memburuk mau tidak mau telah berimbas ke negara-negara lain. Pertumbuhan ekonomi beberapa negara di dunia mulai melambat karena krisis. Seperti yang telah diketahui, indikator pasar modal biasanya leading terhadap kondisi ekonomi riil. Dampak ekonomi baru mulai terasa akhir-akhir ini. Amerika Serikat sebagai negara dengan perekonomian terkuat yang goncang mengakibatkan negara-negara yang porsi ekspornya ke Amerika Serikat besar mengalami tekanan. Walaupun memang tidak dapat dikesampingkan adanya faktor psikologis yaitu ketakutan para investor.
Di dalam negeri sendiri, imbas dari krisis keuangan di Amerika Serikat mulai terasa. Harus diakui telah terjadi capital flight yang mengakibatkan turunnya harga sejumlah efek sekuritas. Institusi-institusi keuangan di U.S berusaha untuk melikuidasi aset-asetnya di negara lain, termasuk di Indonesia.
Industri reksadana Indonesia yang baru saja bangkit dari goncangan pada tahun 2005 kembali harus menghadapi ujian. Penurunan harga-harga saham di BEI berdampak langsung terhadap nilai portfolio reksadana saham dan campuran. Belum selesai mengambil napas, pasar obligasi juga mulai goyang. Harga efek obligasi mulai terkoreksi. Saat ini, sudah mulai banyak harga obligasi yang dijual di bawah harga par nya. Sebagai info, harga par obligasi adalah harga yang dipergunakan sebagai patokan pembayaran pokok obligasi saat jatuh tempo. Hal tersebut antara lain diakibatkan oleh kenaikan suku bunga BI. Selain itu, pada kondisi seperti ini, para investor cenderung menahan diri dalam membeli obligasi. Suatu hal yang wajar karena memang sumber masalah dari krisis saat ini adalah pasar kredit.
Reksadana terakhir yang terkena dampak krisis ini adalah reksadana pasar uang. Seperti yang telah ramai diberitakan beberapa minggu yang lalu. Beberapa reksadana pasar uang melakukan kebijakan untuk membekukan aktivitas subscription dan redemption. Kepanikan investor yang mendorong mereka untuk menarik dananya dari reksadana pasar uang telah memaksa para MI untuk menjual aset-aset dalam portfolio pada harga yang tidak bagus. Kebijakan metode valuasi portfolio pada reksadana pasar uang memang berbeda dengan reksadana jenis lain yang menerapkan metode marked to market. Reksadana pasar uang menerapkan metode amortisasi di mana harga suatu efek akan disusutkan mulai dari harga perolehan sampai dengan harga par pada saat jatuh tempo. Reksadana lain yang biasanya menerapkan metode ini adalah reksadana terproteksi. Secara logis, sebenarnya jika para investor tenang dan tidak panik, mereka tidak akan rugi. Efek yang dimiliki oleh suatu reksadana akan dibayar pokoknya oleh penerbit surat hutang pada saat jatuh tempo pada harga par dan para investor tidak akan mengalami kerugian. Aktivitas redemption yang berlebihan memaksa MI untuk menjual efek pada reksadana yang dimilikinya dengan harga yang murah padahal jika dipegang sampai jatuh tempo, dana investasi dapat dikembalikan secara utuh.
Menghadapi hal ini, Bapepam sebagai pemegang otoritas pasar modal menghadapi sebuah dilema. Jika metode valuasi marked to market terhadap aset reksadana dipertahankan, maka berpotensi membuat para investor panik. Jika metode valuasi diubah menjadi amortisasi, seakan-akan permasalahan yang sebenarnya ditutup-tutupi dengan menampilkan NAB yang terlihat ‘normal’. Tentu saja terdapat trade-off antara kestabilan psikologis para investor dengan keterbukaan terhadap kondisi riil. Saya sendiri saat ini sedang menunggu-nunggu metode valuasi apa yang akan diterapkan oleh Bapepam ke depannya.
Saat ini, ketangguhan kita sebagai investor sedang diuji. Apa langkah-langkah yang kita lakukan dalam menghadapi kondisi yang tidak menentu seperti ini? Sudahkan Anda mempersiapkan backup plan untuk menghadapi kondisi ini? Sebagai investor, apakah dari awal mula berinvestasi di reksadana, kita telah dengan jujur menjawab pertanyaan-pertanyaan pada form kuisioner? Apakah karena tergiur mengharapkan return yang tinggi kita membohongi diri sendiri dengan menjawab mampu untuk menghadapi risiko yang besar? Tentu saja hanya Anda yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Baca selengkapnya ..
Kategori baru : Book and Movie Reviews
Saat ini saya telah menambahkan kategori baru dalam blog ini yaitu book and movie reviews. Tentu saja saja saya akan mereview mengenai buku dan film yang berkaitan dengan investasi dan reksadana. Buku adalah jendela ilmu pengetahuan. Dengan adanya review, saya mengharapkan paling tidak pembaca dapat mengetahui kira-kira apa yang akan didapatkan dengan membaca buku tersebut. Buku yang akan direview kebanyakan adalah buku berbahasa Indonesia walaupun tidak menutup kemungkinan saya juga akan melakukan review terhadap buku-buku berbahasa asing.
Tidak lupa pada bagian akhir setiap tulisan saya akan memberikan semacam rating antara bintang 1 s.d bintang 5. Tentu saja rating ini adalah pendapat saya pribadi dan mungkin berbeda dengan pembaca lainnya.
Tulisan perdana untuk kategori ini sudah saya upload. Pada tulisan tersebut saya mereview buku dari Nofie Iman (yang juga seorang blogger) yang berjudul "Panduan Singkat dan Praktis Memulai Investasi Reksadana" Baca selengkapnya ..
Tidak lupa pada bagian akhir setiap tulisan saya akan memberikan semacam rating antara bintang 1 s.d bintang 5. Tentu saja rating ini adalah pendapat saya pribadi dan mungkin berbeda dengan pembaca lainnya.
Tulisan perdana untuk kategori ini sudah saya upload. Pada tulisan tersebut saya mereview buku dari Nofie Iman (yang juga seorang blogger) yang berjudul "Panduan Singkat dan Praktis Memulai Investasi Reksadana" Baca selengkapnya ..
Book Review : Panduan Singkat dan Praktis Memulai Investasi di Reksadana
- Judul Buku : Panduan Singkat dan Praktis Memulai Investasi di Reksadana
- Pengarang : Nofie Iman
- Kategori : Non-fiksi
- Penerbit : PT. Elexmedia Komputindo
Saat pertama kali melihat buku ini, satu hal yang terbersit di benak saya. Apa yang membedakan buku ini dengan buku-buku sejenis mengenai reksadana? Ada satu hal yang menarik. Pengarang buku ini menyelipkan satu bab mengenai strategi investasi reksadana. Bab ini membahas mengenai diversifikasi dan lebih lanjut mengenai bagaimana membentuk diversifikasi yang optimal. Sayangnya pembahasan mengenai diversifikasi optimal terkesan hanya menyentuh "kulitnya" saja sehingga tidak dapat langsung diterapkan.
Secara keseluruhan, sesuai dengan judulnya, buku ini merupakan buku yang sangat baik bagi seorang pemula yang ingin berinvestasi di reksadana. Penjelasan yang diberikan cukup jelas dan tidak bertele-tele. Dengan membaca buku ini, Anda akan mengetahui seluk beluk reksadana. Mulai dari definisi hingga cara memilih reksadana yang baik. Selain itu, buku ini juga memberikan penjelasan mengenai ETF dan unit link yang masih relatif baru di dunia investasi di Indonesia.
Pada bagian akhir buku ini, pembaca dapat menemukan daftar istilah yang umum digunakan di dunia investasi reksadana sehingga pembaca yang awam dapat mengikuti paparan di dalam buku ini dengan lebih baik. Tak lupa, pengarang juga memberikan daftar agen penjual reksadana dan manajer investasi reksadana.
Pendek kata, buku ini dapat menemani akhir pekan Anda tanpa membuat kening Anda berkerut karena Nofie Iman mampu untuk memaparkan hal-hal yang cukup rumit dengan bahasa yang lugas dan mudah dimengerti.
Labels:
Book and Movie Reviews
Asal Mula Permasalahan Krisis KPR di US
Saya tergelitik ingin mengetahui mengapa subprime mortgage dapat memicu bola salju krisis finansial saat ini. Paling tidak saya ingin mengetahui bagaimana strukturnya dalam pasar KPR di U.S. Setelah mencari-cari akhirnya ketemu juga :)

Dari $6.3 T securitized mortgage debt, terlihat bahwa nilai subprime mortgage di US adalah 800 miliar USD. Yang dimaksud dengan securitized adalah konversi utang menjadi surat berharga yang bisa dijual ke market.
Sedikit cerita mengenai ini. Dari $23T nilai pasar perumahan di US, 47% nya atau $10.7 T dijaminkan. Dari nilai tersebut, $6.3 T dijadikan surat berharga(securitized). Aset-aset tersebut dibagi lagi berdasarkan pihak yang menjamin (underwriter) menjadi agency mortgage dan non-agency mortgage. Pihak yang disebut agency adalah dari pemerintah, baik government agency (Ginnie Mae) ataupun government-sponsored enterprises (Fannie Mae dan Freddie Mac).
Non-agency mortgage adalah mortgage yang dengan berbagai alasan tidak memenuhi kriteria untuk dijamin oleh agency, baik karena skalanya yang terlalu besar (Jumbo Prime) maupun tidak memenuhi syarat sebagai peminjam (Alt-A dan Subprime). Seperti yang kita ketahui bersama, subprime borrower inilah yang menjadi pemicu terjadinya krisis finansial saat ini.
Jumlah sebesar $800 miliar tersebut hanyalah mortgage dan belum termasuk produk derivatifnya seperti CDO yang menggabungkan securitized mortgage tersebut dengan obligasi yang ratingnya lebih tinggi sehingga menjadi lebih "layak" sebagai instrumen investasi. Yang gw belum dapat infonya berapakah nilai sesungguhnya aset yang exposed terhadap risiko krisis finansial ini.
Surat berharga turunan dari subprime mortgage inilah yang menyebabkan krisis menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Sebuah konsekuensi dari globalisasi di mana kita bisa membeli dan menjual barang apapun dari seluruh dunia. Yes, produk derivatif/turunan adalah salah satu senjata yang paling berbahaya yang pernah diciptakan oleh Wall Street.
Jika kita mau berintrospeksi, sebenarnya apakah fungsi dari derivatif itu? kenapa kita harus ngeluarin CDO, futures, options, dll? Apakah tujuan utamanya untuk mencari keuntungan?Nope. Produk derivatif diciptakan untuk melakukan fungsi hedging(lindung nilai) terhadap underlying assetnya. Agar tidak membutuhkan duit yang banyak, maka pada umumnya produk derivatif memberlakukan sistem margin. Pada sistem ini, kita dapat bertransaksi walaupun dana yang kita miliki tidak cukup.
Timbul pertanyaan. Lah kalo dananya tidak cukup, kekurangan dana untuk transaksi siapa yang menalangi? Dapat dikatakan kekurangan dana dalam transaksi margin, di-create out of thin air. Artinya, uang tersebut hanya secara virtual diciptakan. Hal inilah yang menyebabkan transaksi derivatif sangat berbahaya karena sangat sulit memperkirakan seberapa banyak uang "virtual" ini "diciptakan".
Permasalahan derivatif ini adalah permasalahan lama yang baru meledak sekarang. Permasalahan ini sudah mulai muncul dari zaman presiden Reagan yang berpendapat bahwa tidak diperlukan regulasi pada market derivatif. Akibatnya, semakin banyak produk derivatif yang membanjiri pasar dan belum dapat dikalkulasikan risikonya. Kalkulasi risiko dari derivatif menjadi semakin sulit manakala produk yang ditawarkan semakin kompleks.
Sekedar mengingatkan. Bahkan peraih Nobel Ekonomi yang menjadi fund manager Long Term Capital Management(LTCM) pun gagal dalam memprediksi risiko produk derivatif. Akibatnya, tidak hanya LTCM yang ambruk karena default namun juga perekonomian seluruh dunia ikut meriang pada tahun 1998.
Mengutip speech dari Gordon Gekko di film Wall Street:
The point is, ladies and gentlemen, greed is good. Greed works, greed is right. Greed clarifies, cuts through, and captures the essence of the evolutionary spirit. Greed in all its forms, greed for life, money, love, knowledge, has marked the upward surge of mankind -- and greed, mark my words -- will save not only Teldar Paper but that other malfunctioning corporation called the USA...Thank you
Saat ini, tampaknya greed yang akan memakan US.
Apakah program bail-out sebesar $700 miliar yang dipersiapakan oleh pemerintah US cukup untuk menuntaskan masalah ini?ataukah dana tersebut hanya akan menggarami lautan?
Kita lihat episode-episode mendatang
Baca selengkapnya ..

Dari $6.3 T securitized mortgage debt, terlihat bahwa nilai subprime mortgage di US adalah 800 miliar USD. Yang dimaksud dengan securitized adalah konversi utang menjadi surat berharga yang bisa dijual ke market.
Sedikit cerita mengenai ini. Dari $23T nilai pasar perumahan di US, 47% nya atau $10.7 T dijaminkan. Dari nilai tersebut, $6.3 T dijadikan surat berharga(securitized). Aset-aset tersebut dibagi lagi berdasarkan pihak yang menjamin (underwriter) menjadi agency mortgage dan non-agency mortgage. Pihak yang disebut agency adalah dari pemerintah, baik government agency (Ginnie Mae) ataupun government-sponsored enterprises (Fannie Mae dan Freddie Mac).
Non-agency mortgage adalah mortgage yang dengan berbagai alasan tidak memenuhi kriteria untuk dijamin oleh agency, baik karena skalanya yang terlalu besar (Jumbo Prime) maupun tidak memenuhi syarat sebagai peminjam (Alt-A dan Subprime). Seperti yang kita ketahui bersama, subprime borrower inilah yang menjadi pemicu terjadinya krisis finansial saat ini.
Jumlah sebesar $800 miliar tersebut hanyalah mortgage dan belum termasuk produk derivatifnya seperti CDO yang menggabungkan securitized mortgage tersebut dengan obligasi yang ratingnya lebih tinggi sehingga menjadi lebih "layak" sebagai instrumen investasi. Yang gw belum dapat infonya berapakah nilai sesungguhnya aset yang exposed terhadap risiko krisis finansial ini.
Surat berharga turunan dari subprime mortgage inilah yang menyebabkan krisis menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Sebuah konsekuensi dari globalisasi di mana kita bisa membeli dan menjual barang apapun dari seluruh dunia. Yes, produk derivatif/turunan adalah salah satu senjata yang paling berbahaya yang pernah diciptakan oleh Wall Street.
Jika kita mau berintrospeksi, sebenarnya apakah fungsi dari derivatif itu? kenapa kita harus ngeluarin CDO, futures, options, dll? Apakah tujuan utamanya untuk mencari keuntungan?Nope. Produk derivatif diciptakan untuk melakukan fungsi hedging(lindung nilai) terhadap underlying assetnya. Agar tidak membutuhkan duit yang banyak, maka pada umumnya produk derivatif memberlakukan sistem margin. Pada sistem ini, kita dapat bertransaksi walaupun dana yang kita miliki tidak cukup.
Timbul pertanyaan. Lah kalo dananya tidak cukup, kekurangan dana untuk transaksi siapa yang menalangi? Dapat dikatakan kekurangan dana dalam transaksi margin, di-create out of thin air. Artinya, uang tersebut hanya secara virtual diciptakan. Hal inilah yang menyebabkan transaksi derivatif sangat berbahaya karena sangat sulit memperkirakan seberapa banyak uang "virtual" ini "diciptakan".
Permasalahan derivatif ini adalah permasalahan lama yang baru meledak sekarang. Permasalahan ini sudah mulai muncul dari zaman presiden Reagan yang berpendapat bahwa tidak diperlukan regulasi pada market derivatif. Akibatnya, semakin banyak produk derivatif yang membanjiri pasar dan belum dapat dikalkulasikan risikonya. Kalkulasi risiko dari derivatif menjadi semakin sulit manakala produk yang ditawarkan semakin kompleks.
Sekedar mengingatkan. Bahkan peraih Nobel Ekonomi yang menjadi fund manager Long Term Capital Management(LTCM) pun gagal dalam memprediksi risiko produk derivatif. Akibatnya, tidak hanya LTCM yang ambruk karena default namun juga perekonomian seluruh dunia ikut meriang pada tahun 1998.
Mengutip speech dari Gordon Gekko di film Wall Street:
The point is, ladies and gentlemen, greed is good. Greed works, greed is right. Greed clarifies, cuts through, and captures the essence of the evolutionary spirit. Greed in all its forms, greed for life, money, love, knowledge, has marked the upward surge of mankind -- and greed, mark my words -- will save not only Teldar Paper but that other malfunctioning corporation called the USA...Thank you
Saat ini, tampaknya greed yang akan memakan US.
Apakah program bail-out sebesar $700 miliar yang dipersiapakan oleh pemerintah US cukup untuk menuntaskan masalah ini?ataukah dana tersebut hanya akan menggarami lautan?
Kita lihat episode-episode mendatang
Baca selengkapnya ..
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H
Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan:

Semoga investasi yang kita lakukan dapat membawa kebahagian bagi kita di dunia dan akhirat :)
Baca selengkapnya ..
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H. Mohon maaf lahir & Bathin

Semoga investasi yang kita lakukan dapat membawa kebahagian bagi kita di dunia dan akhirat :)
Baca selengkapnya ..
Subscribe to:
Comment Feed (RSS)